Kamis, 02 September 2010

“jangan buat dia jatuh, jika tak ingin menangkapnya”




“Cinta sejati tak harus sekali, tak mesti dibatasi kepada satu hati. Setiap cinta punya kepenuhannya sendiri,” kata Don Juan de Marco, dingin, angkuh, ringan tak berbeban.

Kita mengutuk Don Juan, tapi kita juga yang menjadikannya panutan: suka betul membuat seseorang jatuh, merasakan kenikmatan ketika melihatnya terhuyung-huyung mengejarmu , memberinya momen itu, sebelum kemudian meninggalkannya, seolah dia cuma sebongkah batu kilometer dalam perjalanan panjang gemilang sejarahmu. Perih sesak seseorang yang terkurung di dalam momen itu, sama sekali tak lagi mengganggumu…

Itu kelakuan The Great Lovers, kata orang, padahal perbuatan seperti itu sama sekali tak ada hubungannya dengan cinta. Justru sebuah kejahatan terburuk yang bisa dilakukan manusia.

Tapi mungkin benar, setiap kejahatan akan mendapatkan hukumannya; tidak sekarang mungkin nanti, dicatat sejarah atau berupa siksa dalam sunyi sepi sendiri.
Atau jangan-jangan, Don Juan pun tak pernah sungguh bahagia ketika menari di atas tumpukan korban-korbannya, berenang dalam genangan air mata mereka. Kebahagiaan sejati, mustahil bisa muncul dari penderitaan orang lain. Jangan-jangan seringai tawa kemenangannya itu, adalah ekspresi keperihan Don Juan ketika dia sedang menghukum dirinya sendiri.

“Dengan semua yang kulakukan kepadamu, untuk air matamu yang menetes hampir di setiap ujung malam, dengan keenggananku untuk berubah, kecuali dalam bentuk sumpah yang menyampah, mengapa masih bertahan?”

Kau tersenyum datar.

“Kalian laki-laki tak akan pernah mengerti. Kami perempuan, sulit untuk sekadar membayangkan harus memulai berbagi hidup dengan orang lain lagi. Tak bisa kubayangkan tubuhku dijamah tangan lelaki lain, anak-anakku bergelayut ke bahu lelaki lain. Dan dengan segala perih yang memedih, harga diri yang terinjak-injak, air mata yang mengerak, aku harus di sini, menunggumu pulang.“

Hening. Sepi menusuk-nusuk. Arus angin memperkelam malam.

“Bukan karena kau cinta yang harus kujaga, tapi takdir buruk yang harus kuterima. Mendapat takdir buruk itu memang menyedihkan,” kau tersenyum, begitu lepas, sebelum kemudian melanjutkan, “tapi setidaknya masih lebih baik daripada menjadi takdir buruk itu sendiri.”

kisah diatas hanya setitik kisah ‘cinta’ yang dihadirkan ke atas muka bumi…

Don Juan deMarco… bagiku engkaulah sang maestro, engkaulah dewanya dalam urusan meluluhkan hati wanita, tak ada satu orang pun yang bisa menandingimu saat ini di manapun. Ingin rasanya daku seperti dirimu. Semua perbuatan, tindakan, perkataan dan tingkah lakumu merupakan tauladan bagiku
hanya sekarang, kita dihadapakan pada pilihan-pilihan hidup. seperti cinta, cinta seperti apakah yg ingin dijalani?
ada banyak macam ‘cinta’, kalian pilihlah sendiri sesuai tabiat fitrah nya masing-masing…