Minggu, 24 April 2011

Penyebab Kecurangan Ujian Nasional with crazy grandma version




Suatu hari ada seorang nenek yang sudah tua renta sedang duduk didepan rumah. Nenek ini dengan asiknya merajut benang-benang dalam gulungan menjadi satu mili kain, kemudian melebar menjadi satu centi kain, semakin hari rajutan benang ini menjadi sehelai kain yang indah nan menawan. Nenek ini pun mendapat pujian dari orang-orang sekampung dengan pujian "si nenek hebat". Namun setelah gulungan-gulungan benang itu habis dan berubah menjadi sehelai kain, nenek ini pun kemudian menyobek-menyobek sehelai kain yang sudah dengan susah payah beliau rajut selama berhari-hari. Dan apa yang dikatakan orang-orang sekampung "si nenek gila". Penilaian orang-orang ini kemudian berubah dari memuji menjadi mencemooh karena apa yang dilakukan nenek tersebut dibagian akhir dengan apa yang telah dilakukannya dengan susah payah.
Cerita di atas menggambarkan kecurangan Ujian Nasional yang membudaya di hampir seantero Indonesia. Dengan susah payah lembaga-lembaga pendidikan membentuk generasi negeri ini dengan berbagai metode pembelajaran, dengan susunan kurikulum yang hebat, namun diakhir cerita semua dihancurkan hanya dengan sebuah kegiatan berlabel "Ujian Nasional". Nenek di atas menggambarkan lembaga-lembaga pendidikan Indonesia dan kain itu menggambarkan generasi negeri ini yang dihancurkan oleh tangan-tangan pendidiknya sendiri. Sungguh ironis jika kita melihat kenyataan ini, yang justru akan berimbas lebih berbahaya untuk generasi kita dimasa datang. Generasi muda ini akan terbentuk dari hasil kecurangan yang akan tumbuh menjadi generasi tanpa mental dan moral yang baik.
Kenapa lembaga dan aspek yang terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional ini melakukan kecurangan demi reputasi? Padahal justru akan menghancurkan generasi dimasa datang. Sebelum membahas tentang penyebab kecurangan, mari kita jabarkan dulu makna kecurangan itu sendiri. Di dalam buku Black’s Law Dictionary yang dikutip oleh Tunggal (2001:2) dijelaskan bahwa kecurangan yaitu berbagai macam alat yang dengan lihai dipakai dan dipergunakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan terhadap orang lain, dengan cara bujukan palsu atau dengan menutupi kebenaran, dan meliputi semua cara-cara mendadak, tipu daya (trick), kelicikan (cunning), mengelabui (dissembling), dan setiap cara tidak jujur, sehingga pihak orang lain bisa ditipu, dicurangi atau ditipu (cheated).
Masih menurut Tunggal (2003:304) mengutip dari Venables dan Impey bahwa kecurangan digolongkan menjadi penyebab utama dan penyebab sekunder, sebagai berikut :

Penyebab Utama
1) Penyembunyian (concealment)
Penyembunyian disini bisa saja bentuk dari ketidakmampuan suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai lembaga pendidik. Sehingga untuk menutupi kelemahannya dari mata masyarakat maka lembaga tersebut melakukan kecurangan dengan cara penyembunyian diri dari kenyataan yang sebenarnya. Dan terjadilah kecurangan Ujian Nasional yang timbul dari rasa takut akan ketidakmampuannya dalam menghadapi Ujian Nasional dengan harapan peserta didiknya berhasil 100%. Maka tertutuplah ketidakmampuannya dimata masyarakat dan orang tua didik.

2) Kesempatan/Peluang (opportunity)
Ini juga memiliki peranan besar dalam melakukan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Kesempatan yang ada membuat seseorang atau lembaga pendidikan melakukan kecurangan dengan memberikan kunci jawaban pada peserta didiknya. Hal ini bisa saja terjadi karena longgarkan penerapan aturan yang seharusnya dipatuhi atau memang ada sinyal dari birokrasi diatasnya.

3) Motivasi (motivation)
Penyebab lainnya adalah motivasi yang lahir karena ketamakan/kerakusan atau justru perasaan "harus berhasil" seseorang atau lembaga pendidikan penyelenggara Ujian Nasional. Sehingga menciptakan pemikiran dan tindakan yang memotivasinya melakukan kecurangan hanya untuk mempertahankan reputasinya dimata sekolah lain atau dimata para orang tua peseta didik. Atau bisa saja merupakan titipan dari birokrasi diatasnya yang "mengharuskan" seluruh sekolah dibawah birokrasi untuk berhasil 100% dalam menghadapi Ujian Nasional.

4) Daya Tarik (attraction)
Penyebab ini juga memiliki andil besar untuk membuat seseorang atau lembaga pendidikan melakukan kecurangan. Daya tarik Ujian Nasional membuat seluruh bagian yang terkait dengan Ujian Nasional menjadi berlomba-lomba untuk melakukan kecurangan, karena daya tarik yang dimiliki oleh kegiatan Ujian Nasional itu sendiri. Dengan kata lain Ujian Nasional itu lebih cantik dan menarik dalam memancing seseorang atau lembaga pendidikan untuk meraihnya. Jika itu bukan Ujian Nasional, misal Ujian Sekolah atau Ujian Akhir Semester maka tindak kecurangan tersebut hampir tidak kita jumpai dilapangan.

5) Keberhasilan (success)
Siapa yang tidak mau sukses? Inilah yang kemudian membangkit seseorang atau lembaga pendidikan untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Jika perlu melakukan kecurangan yang tidak terdeteksi atau yang mampu ditutupi agar semua berjalan sesuai harapan dan berhasil dengan sempurna. Idealisme pendidikan akan dibuang ke tempat sampah sedalam-dalamnya jika sudah memandang sukses sebagai tujuan.

Penyebab Sekunder
1) "A Perk"
A Perk bisa berarti kurangnya pengendalian. Penyebab ini bisa saja menjadi penyebab terjadinya kecurangan pada Ujian Nasional. Depatemen Pendidikan Pusat sangatlah tidak mungkin melakukan pengendalian kegiatan sampai ke tingkat akar rumput, karena selain keterbatasan personal juga karena birokrasi yang bertingkat maka terjadilah pengendalian yang berubah-ubah sesuai dengan struktur birokrasi dan yang berbahaya itu jika pengendalian kegiatan semakin ke bawah semakin mengendur dan terjadilah kecurangan di akar rumput.

2) Birokrasi
Birokrasi yang tidak memegang teguh idealisme pendidikan justru akan menimbulkan terjadinya kecurangan secara luas. Jika seorang kepala dinas kemudian memberikan "titipan" kepada kepala dinas dibawahnya secara beruntun juga kepala dinas tersebut akan "menitipkan" reputasinya kepada birokrasi dibawahnya dan akhirnya sampailah pada birokrasi paling rendah yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah yang mendapat "tekanan" ini pun melaksanakan "titipan" atasannya agar para peserta didik di wilayah tersebut mencapai kelulusan 100%. Akhirnya terjadilah "saling menjaga" reputasi agar tidak ada satu atau beberapa bagian birokrasi yang tercoreng dimata atasannya dan di mata masyarakat. Inilah kejadian tipu menipu yang terjadi dan peserta didik adalah korban terakhir atas kecurangan ini.

3) Pembalasan Dendam (revenge)
Ini bisa lahir dari ketidakberhasilan dimasa lalu sehingga menimbulkan seseorang atau suatu lembaga pendidikan melakukan kecurangan dalam menghadapi Ujian Nasional. Kecewa karena peserta didiknya tidak lulus 100% biasanya membuat sang kepala sekolah merasa minder jika berkumpul dengan kepala sekolah lain hingga membakar rasa dendam dalam hatinya hingga terjadilah kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional di lembaga pendidikannya.

4) Tantangan (challenge)
Standar kelulusan yang semakin tahun semakin meninggi memberikan tantangan tersendiri dalam pelaksanaan Ujian Nasional, namun sayang hal tersebut tidaklah dihadapi dengan peningkatan kualitas sekolah, pengajar dan peseta didik bahkan sebaliknya memicu lembaga pendidikan untuk melakukan kecurangan. Tantangan dengan standar kelulusan yang meningkat justru memberikan efek bola salju bagi komponen yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di negeri ini. Rasa frustasi ini menciptakan motivasi tinggi untuk melakukan tindakan curang agar tercapai tujuannya yaitu kelulusan 100%.

Curang lagi dan curang lagi itulah yang sering kita dengar dan lihat dari media-media Indonesia. Penyebab-penyebab kecurangan diatas berawal dari sistem pendidikan liberal sekuler hingga akhirnya membentuk mental dan moral para pendidik dan peserta dirik yang serba instan untuk mencapai suatu tujuan. Akankah kita bertahan dalam sistem pendidikan liberal sekuler yang jelas-jelas justru meruntuhkan sistem pendidikan Indonesia? Akankah Indonesia terus terjebak dalam situasi yang merugikan generasi kita dimasa datang? Sudah saatnya kita kembali ke sistem yang di ridhoi Allah SWT. yang dapat dipastikan mampu mengembalikan sistem pendidikan Indonesia sesuai dengan tujuan mulia pendidikan. Kita ingat bahwa Islam menorehkan sejarah emasnya dengan berdirinya Universitas pada saat benua Eropa dan Amerika masih dalam masa kegelapan. Islam memiliki kebudayaan yang tinggi disaat orang-orang Eropa dan Amerika masih bergelut dalam masa jahiliyahnya. Ini secuil bukti bahwa 14 abad yang lalu dengan menerapkan sistem Syariah, Islam meraih kejayaannya. Mari selamatkan generasi kita dengan menegakan Syariah dan Khilafah di bumi Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar